This blog is dedicated to:
my dearest son Maulana Ihsan Ardiansyah and his mom (Yani Ari Putri).
Anakku lahir tanggal 27 Juni 2005 jam 03.30 pagi di Rumah Sakit Puri Cinere dengan berat badan 3,25 Kg dan tinggi 49 cm. Dokter yang mengawasi persalinan adalah dr gatot dengan dibantu dua orang bidan suryani dan anty. Langsung kutelpon keluarga dekatku, begitu juga ibuku di Sukabumi. Betapa bahagianya kami setelah kelahiran putra pertama kami, cucu ke tiga dari mertuaku dan cucu pertama dari orang tuaku yang lahir dengan normal dan selamat.
Anak kami kami beri nama MAULANA IHSAN ARDIANSYAH, yang merupakan harapan dari kami supaya bisa menjadi penolong dan menjadi orang yang baik, sementara ardiansyah adalah nama kepanjangan dari namaku sendiri yang dicantumkan kepada anak kami supaya bisa menjadi semacam nama keluarga, walaupun sebenarnya di keluarga kami tidak mengenal istilah itu.
Dari mulai proses istriku mengandung sampai lahirnya anak kami, kami merasakan anugerah yang begitu besar dari Allah SWT. Ketika mengandung, istriku tidak pernah ngidam, kalaupun mungkin pernah, tapi tidak pernah yang aneh-aneh. Setiap kali periksa kehamilan, hasilnya selalu bagus. Awalnya sampai jabang bayi lahir kami sepakat tidak mau tahu jenis kelamin jabang bayi dalam kandungan, karena kami sepakat laki perempuan sama saja, namun ketika kami berpikir untuk mempersiapkan peralatan dan pakaian untuk anak kami, timbul pertanyaan tentang motif pakaian ataupun peralatan tersebut yang tentunya harus disesuaikan dengan anak kami nanti. Akhirnya pada umur kandungan ke 8 bulan kami tanyakan ke dokter kandungan yang biasa kami datangi, dan ternyata sejak umur kandungan 3 bulan dokter sudah mengetahui jenis kelamin dari jabang bayi bahwa dan memberi tanda pada buku periksa kehamilan bahwa anak kami laki-laki, namun kami tidak pernah sadar selama itu. Akhirnya kami persiapkan semua pakaian dan peralatan bayi yang sesuai dengan anak kami.
Masa kandungan ke 9 bulan tiba dan dokter mengatakan bahwa kemungkinan anak kami lahir sekitar satu atau dua minggu lagi. Hal tersebut agak mengganggu kami karena tiga hari lagi aku harus pergi kerja ke offshore dengan jadwal normal 10 hari. Dan kalau sudah di offshore maka akan sulit untuk bisa mendampingi istri selama proses lahiran.
Akhirnya kami coba saran dari beberapa orang, bahwa kalau jabang bayi mau cepat lahir maka harus dipancing sama bapaknya (hubungan intim) dengan cara aman. Ternyata berhasil….!!!?!!!
Begini urutannya: Sabtu pagi kami ke dokter untuk periksa kandungan, dokter mengatakan kemungkinan anak kami lahir sekitar 1 atau 2 minggu lagi. Malamnya kami mengikuti saran dari teman-teman untuk melakukan pacingan kontraksi, dan minggu pagi flek mulai keluar diikuti rasa mulas. Kami tunggu rasa mulas itu tiap saat, apakah asli tanda mau melahirkan atau bukan, dan hingga sore rasa mulas itu mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Kuputuskan menelpon rumah sakit supaya mendapat kepastian tentang keadaan yang dialami istri, dan bidan meminta kami untuk datang supaya bisa diperiksa oleh mereka. Langsung saja aku persiapkan untuk nginap di rumah sakit kalau istri harus nginap. Dan ternyata benar, bidan menyatakan bahwa proses persalinan sudah memasuki bukaan tiga yang berarti bayi kemungkinan lahir keesokan harinya.
Tiap jam semakin mendekati ke proses lahiran dan seiring dengan proses bukaan, rasa mulas dan pegal yang dirasakan istriku semakin menjadi, seolah-olah pijatanku sudah tidak terasa lagi. Jam 2.30an istriku dipindahkan ke ruang persalinan, dan bidan mulai mempersiapkan segala sesuatunya……